Diposting oleh
damayanti ayuningtiyas
di
20.05
c. Peranan Para Wali dan Ulama
Salah satu cara penyebaran agama Islam
ialah dengan cara mendakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang
Islam juga berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang
datang bersama pedagang dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui
dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat objek
dakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai
bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri
dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga
mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9
wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam
mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini dekat dengan kalangan
istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah tidaknya
seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan.
Karena dekat dengan kalangan istana, mereka kemudian diberi gelar
sunan atau susuhunan (yang dijunjung tinggi). Kesembilan wali tersebut
adalah seperti berikut.
(1) Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah wali yang pertama
datang ke Jawa pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik. Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
(2) Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya,
Jawa Timur. Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid Demak.
(3) Sunan Derajad (Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial.
(4) Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan
Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat bijaksana.
(5) Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang.
Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan
filosof. Menyiarkan agama dengan cara menyesuaikan dengan lingkungan
setempat.
(6) Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu
Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan
metode bermain.
(7) Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa
Tengah. Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara
Kudus.
(8) Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung
Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat
dengan rakyat jelata.
(9) Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan Islam di
Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar.
3. Kapan dan dari mana Islam Masuk Indonesia
Sejarah mencatat bahwa sejak awal Masehi, pedagang-pedagang dari
India dan Cina sudah memiliki hubungan dagang dengan penduduk Indonesia.
Namun demikian, kapan tepatnya Islam hadir di Nusantara?
Masuknya Islam ke Indonesia menimbulkan berbagai teori. Meski
terdapat beberapa pendapat mengenai kedatangan agama Islam di Indonesia,
banyak ahli sejarah cenderung percaya bahwa masuknya Islam ke Indonesia
pada abad ke-7 berdasarkan Berita Cina zaman Dinasti Tang. Berita itu
mencatat bahwa pada abad ke-7, terdapat permukiman pedagang muslim dari
Arab di Desa Baros, daerah pantai barat Sumatra Utara.
Abad ke-13 Masehi lebih menunjuk pada perkembangan Islam bersamaan
dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Pendapat ini
berdasarkan catatan
perjalanan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di
Perlak pada tahun 1292 dan berjumpa dengan orang-orang yang telah
menganut agama Islam.
Bukti yang turut memperkuat pendapat ini ialah ditemukannya nisan
makam Raja Samudra Pasai, Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun
1297.
Jika diurutkan dari barat ke timur, Islam pertama kali masuk di
Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini menyangkut strategisnya letak
Perlak, yaitu di daerah Selat Malaka, jalur laut perdagangan
internasional dari barat ke timur. Berikutnya ialah Kerajaan Samudra
Pasai.
Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan
ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada
tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar,
Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan
Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik juga
ditemukan makam Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang
meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto
juga ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua berangka tahun
1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana
Majapahit.
Di Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh
bangsawan Arab bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada abad ke-18. Di
hulu Sungai Pawan, di Ketapang, Kalimantan Barat ditemukan pemakaman
Islam kuno. Angka tahun yang tertua pada makam-makam tersebut adalah
tahun 1340 Saka (1418 M). Jadi, Islam telah ada sebelum abad ke-15 dan
diperkirakan berasal dari Majapahit karena bentuk makam bergaya
Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno. Di Kalimantan Timur, Islam masuk
melalui Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua orang penyiar agama
dari Minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan Haji
Tunggangparangan. Di Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan
Banjar yang disiarkan oleh Dayyan, seorang khatib (ahli khotbah) dari
Demak. Di Kalimantan Tengah, bukti kedatangan Islam ditemukan pada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434 M.
Di Sulawesi, Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo. Hal
masuknya Islam ke Sulawesi ini tercatat pada Lontara Bilang. Menurut
catatan tersebut, raja pertama yang memeluk Islam ialah Kanjeng Matoaya,
raja keempat dari Tallo yang memeluk Islam pada tahun 1603. Adapun
penyiar agama Islam di daerah ini berasal antara lain dari Demak, Tuban, Gresik,
Minangkabau, bahkan dari Campa. Di Maluku, Islam masuk melalui bagian
utara, yakni Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Diperkirakan Islam di daerah ini disiarkan oleh keempat ulama dari Irak, yaitu Syekh Amin, Syekh Mansyur, Syekh Umar, dan Syekh Yakub pada abad ke-8.
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar