kerajaan-kerajaan bercorak islam di indonesia
0 komentar Diposting oleh damayanti ayuningtiyas di 18.50
a. Kerajaan Perlak
Perlak adalah kerajaan Islam tertua di Indonesia. Perlak adalah
sebuah kerajaan dengan masa pemerintahan cukup panjang. Kerajaan yang
berdiri pada tahun 840 ini berakhir pada tahun 1292 karena bergabung
dengan Kerajaan Samudra Pasai. Sejak berdiri sampai bergabungnya Perlak
dengan Samudrar Pasai, terdapat 19 orang raja yang memerintah. Raja yang
pertama ialah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah (225 – 249 H
/ 840 – 964 M). Sultan bernama asli Saiyid Abdul Aziz pada tanggal 1
Muhharam 225 H dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Perlak. Setelah
pengangkatan ini, Bandar Perlak diubah menjadi Bandar Khalifah.
Kerajaan ini mengalami masa jaya pada masa pemerintahan Sultan
Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (622-662
H/1225-1263 M).
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesat
terutama dalam bidang pendidikan Islam dan perluasan dakwah Islamiah.
Sultan mengawinkan dua putrinya: Putri Ganggang Sari (Putri Raihani)
dengan Sultan Malikul Saleh dari Samudra Pasai serta Putri Ratna Kumala
dengan Raja Tumasik (Singapura sekarang).
Perkawinan ini dengan parameswara Iskandar Syah yang kemudian bergelar Sultan Muhammad Syah.
Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat
kemudian digantikan oleh Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah
Johan Berdaulat (662-692 H/1263-1292 M). Inilah sultan terakhir Perlak.
Setelah beliau wafat, Perlak disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai
dengan raja Muhammad Malikul Dhahir yang adalah Putra Sultan Malikul
Saleh dengan Putri Ganggang Sari.
Perlak merupakan kerajaan yang sudah maju. Hal ini terlihat dari
adanya mata uang sendiri. Mata uang Perlak yang ditemukan terbuat dari
emas (dirham), dari perak (kupang), dan dari tembaga atau kuningan.
b. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik Al-saleh dan sekaligus
sebagai raja pertama pada abad ke-13. Kerajaan Samudera Pasai terletak
di sebelah utara Perlak di daerah Lhok Semawe sekarang (pantai timur
Aceh).
Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra
Pasai. Raja-raja yang pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti
berikut.
(1) Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan
Islam dan berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain melalui
perdagangan dan memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai berkembang
menjadi negara maritim yang kuat di Selat Malaka.
(2) Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak
1297-1326. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan
dengan Kerajaan Samudra Pasai.
(3) Sultan Malik al Tahir II (1326 – 1348 M). Raja yang bernama asli
Ahmad ini sangat teguh memegang ajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam
ke negeri-negeri sekitarnya. Akibatnya, Samudra Pasai berkembang sebagai
pusat penyebaran Islam. Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai
memiliki armada laut yang kuat sehingga para pedagang merasa aman
singgah dan berdagang di sekitar Samudra Pasai. Namun, setelah muncul
Kerajaan Malaka, Samudra Pasai mulai memudar. Pada tahun 1522 Samudra
Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan Samudra Pasai sebagai kerajaan
maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang muncul kemudian.
Catatan lain mengenai kerajaan ini dapat diketahui dari tulisan Ibnu
Battuta, seorang pengelana dari Maroko. Menurut Battuta, pada tahun
1345, Samudera Pasai merupakan kerajaan dagang yang makmur. Banyak
pedagang dari Jawa, Cina, dan India yang datang ke sana. Hal ini
mengingat letak Samudera Pasai yang strategis di Selat Malaka. Mata
uangnya uang emas yang disebur deureuham (dirham).
Di bidang agama, Samudera Pasai menjadi pusat studi Islam. Kerajaan
ini menyiarkan Islam sampai ke Minangkabau, Jambi, Malaka, Jawa, bahkan
ke Thailand. Dari Kerajaan Samudra Pasai inilah kader-kader Islam
dipersiapkan untuk mengembangkan Islam ke berbagai daerah. Salah satunya
ialah Fatahillah. Ia adalah putra Pasai yang kemudian menjadi panglima
di Demak kemudian menjadi penguasa di Banten.
c. Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan
yang didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah
(1514-1528), menjadi penting karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai
dan berkembangnya Kerajaan Malaka.
Para pedagang kemudian lebih sering datang ke Aceh.
Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah
sekarang). Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem:
pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan
pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut golongan
tengku atau teungku.
Sebagai sebuah kerajaan, Aceh mengalami masa maju dan mundur. Aceh
mengalami kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda
(1607- 1636). Pada masa pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan.
Aceh bahkan dapat menguasai Johor, Pahang, Kedah, Perak di Semenanjung
Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan, dan Nias. Di samping itu, Iskandar
Muda juga menyusun undang-undang tata pemerintahan yang disebut Adat
Mahkota Alam.
Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu
mengendalikan Aceh. Aceh mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan
Iskandar Thani (1636- 1641). Dia kemudian digantikan oleh permaisurinya,
Putri Sri Alam Permaisuri (1641- 1675). Sejarah mencatat Aceh makin
hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku dan teungku,
serta antara golongan aliran syiah dan sunnah sal jama’ah. Akhirnya,
Belanda berhasil menguasai Aceh pada tahun 1904.
Dalam bidang sosial,
letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan
internasional di Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi
pedangang Islam.
Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama Islam.
Pada sekitar abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf di
Aceh, yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri,
dan Abdurrauf dari Singkil.
Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga sampai ke Jawa.
Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa
kejayaannya. Dengan menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra,
Aceh menjadi kerajaan yang kaya akan sumber daya alam, seperti beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah.
d. Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang dengan Peninggalannya
Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan yang
didirikan oleh Raden Patah ini pada awalnya adalah sebuah wilayah dengan
nama Glagah atau Bintoro yang berada di bawah kekuasaan Majapahit.
Majapahit mengalami kemunduran pada akhir abad ke-15. Kemunduran ini
memberi peluang bagi Demak untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat perdagangan. Dengan bantuan para ulama Walisongo, Demak berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah timur Nusantara.
Sebagai kerajaan, Demak diperintah silih berganti oleh raja-raja.
Demak didirikan oleh Raden Patah (1500-1518) yang bergelar Sultan Alam
Akhbar al Fatah. Raden Patah sebenarnya adalah Pangeran Jimbun, putra
raja Majapahit. Pada masa pemerintahannya, Demak berkembang pesat.
Daerah kekuasaannya meliputi daerah Demak sendiri, Semarang, Tegal,
Jepara dan sekitarnya, dan cukup berpengaruh di Palembang dan Jambi di
Sumatera, serta beberapa wilayah di Kalimantan. Karena memiliki
bandar-bandar penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik, Raden Patah
memperkuat armada lautnya sehingga Demak berkembang menjadi negara
maritim yang kuat. Dengan kekuatannya itu, Demak mencoba menyerang
Portugis yang pada saat itu menguasai Malaka. Demak membantu Malaka
karena kepentingan Demak turut terganggu dengan hadirnya Portugis di
Malaka. Namun, serangan itu gagal.
Raden Patah kemudian digantikan oleh Adipati Unus (1518-1521). Walau
ia tidak memerintah lama, tetapi namanya cukup terkenal sebagai panglima
perang yang berani.
Ia berusaha membendung pengaruh Portugis jangan sampai meluas ke
Jawa. Karena mati muda, Adipati Unus kemudian digantikan oleh adiknya,
Sultan Trenggono (1521-1546). Di bawah pemerintahannya, Demak mengalami
masa kejayaan. Trenggono berhasil membawa Demak memperluas wilayah
kekuasaannya. Pada tahun 1522, pasukan Demak di bawah pimpinan
Fatahillah menyerang Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Baru pada tahun
1527, Sunda Kelapa berhasil direbut. Dalam penyerangan ke Pasuruan pada tahun 1546, Sultan Trenggono gugur.
Sepeninggal Sultan Trenggono, Demak mengalami kemunduran. Terjadi
perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar Sedolepen, saudara Sultan
Trenggono yang seharusnya menjadi raja dan Sunan Prawoto, putra sulung
Sultan Trenggono. Sunan Prawoto kemudian dikalahkan oleh Arya
Penangsang, anak Pengeran Sekar Sedolepen.
Namun, Arya Penangsang pun kemudian dibunuh oleh Joko Tingkir,
menantu Sultan Trenggono yang menjadi Adipati di Pajang. Joko Tingkir
(1549-1587) yang kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya memindahkan pusat
Kerajaan Demak ke Pajang.
Kerajaannya kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Pajang.
Sultan Hadiwijaya kemudian membalas jasa para pembantunya yang telah
berjasa dalam pertempuran melawan Arya Penangsang. Mereka adalah Ki
Ageng Pemanahan menerima hadiah berupa tanah di daerah Mataram (Alas
Mentaok), Ki Penjawi dihadiahi wilayah di daerah Pati, dan keduanya
sekaligus diangkat sebagai bupati di daerahnya masing-masing. Bupati
Surabaya yang banyak berjasa menundukkan daerah-daerah di Jawa Timur
diangkat sebagai wakil raja dengan daerah kekuasaan Sedayu, Gresik,
Surabaya, dan Panarukan.
Ketika Sultan Hadiwijaya meninggal, beliau digantikan oleh putranya
Sultan Benowo. Pada masa pemerintahannya, Arya Pangiri, anak dari Sultan
Prawoto melakukan pemberontakan. Namun, pemberontakan tersebut dapat
dipadamkan oleh Pangeran Benowo dengan bantuan Sutawijaya, anak angkat
Sultan Hadiwijaya. Tahta Kerajaan Pajang kemudian diserahkan Pangeran
Benowo kepada Sutawijaya. Sutawijaya kemudian memindahkan pusat Kerajaan
Pajang ke Mataram.
Di bidang keagamaan, Raden Patah dan dibantu para wali, Demak tampil
sebagai pusat penyebaran Islam. Raden Patah kemudian membangun sebuah
masjid yang megah, yaitu Masjid Demak.
Dalam bidang perekonomian, Demak merupakan pelabuhan transito
(penghubung) yang penting. Sebagai pusat perdagangan Demak memiliki
pelabuhan-pelabuhan penting, seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik.
Bandar-bandar tersebut menjadi penghubung daerah penghasil
rempah-rempah dan pembelinya. Demak juga memiliki penghasilan besar dari
hasil pertaniannya yang cukup besar. Akibatnya, perekonomian Demak
berkembang degan pesat.
e. Kerajaan Mataram dan Peninggalannya
Sutawijaya yang mendapat limpahan Kerajaan Pajang dari Sutan Benowo
kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke daerah kekuasaan ayahnya, Ki
Ageng Pemanahan, di Mataram. Sutawijaya kemudian menjadi raja Kerajaan
Mataram dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama.
Pemerintahan Panembahan Senopati (1586-1601) tidak berjalan dengan
mulus karena diwarnai oleh pemberontakan-pemberontakan. Kerajaan yang
berpusat di Kotagede (sebelah tenggara kota Yogyakarta sekarang) ini
selalu terjadi perang untuk menundukkan para bupati yang ingin
melepaskan diri dari kekuasaan Mataram, seperti Bupati Ponorogo, Madiun,
Kediri, Pasuruan bahkan Demak. Namun, semua daerah itu dapat
ditundukkan. Daerah yang terakhir dikuasainya ialah Surabaya dengan
bantuan Sunan Giri.
Setelah Senopati wafat, putranya Mas Jolang (1601-1613) naik tahta
dan bergelar Sultan Anyakrawati. Dia berhasil menguasai Kertosono,
Kediri, dan Mojoagung. Ia wafat dalam pertempuran di daerah Krapyak
sehingga kemudian dikenal dengan Pangeran Sedo Krapyak.
Mas Jolang kemudian digantikan oleh Mas Rangsang (1613-1645). Raja
Mataram yang bergelar Sultan Agung Senopati ing Alogo Ngabdurracham ini
kemudian lebih dikenal dengan nama Sultan Agung. Pada masa
pemerintahannya, Mataram mencapai masa keemasan. Pusat pemerintahan
dipindahkan ke Plered. Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah, Jawa
Timur, dan sebagian Jawa Barat. Sultan Agung bercita-cita
mempersatukan Jawa. Karena merasa sebagai penerus Kerajaan Demak,
Sultan Agung menganggap Banten adalah bagian dari Kerajaan Mataram.
Namun, Banten tidak mau tunduk kepada Mataram. Sultan Agung kemudian
berniat untuk merebut Banten.
Namun, niatnya itu terhambat karena ada VOC yang menguasai Sunda
Kelapa. VOC juga tidak menyukai Mataram. Akibatnya, Sultan Agung harus
berhadapan dulu dengan VOC. Sultan Agung dua kali berusaha menyerang
VOC: tahun 1628 dan 1629.
Penyerangan tersebut tidak berhasil, tetapi dapat membendung pengaruh VOC di Jawa.
Sultan Agung membagi sistem pemerintahan Kerajaan Mataram seperti berikut.
(1) Kutanegara, daerah pusat keraton. Pelaksanaan pemerintahan
dipegang oleh Patih Lebet (Patih Dalam) yang dibantu Wedana Lebet
(Wedana Dalam).
(2) Negara Agung, daerah sekitar Kutanegara. Pelaksanaan pemerintahan dipegang Patih Jawi (Patih Luar) yang dibantu Wedana Jawi (Wedana Luar).
(3) Mancanegara, daerah di luar Negara Agung. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh para Bupati.
(4) Pesisir, daerah pesisir. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh para Bupati atau syahbandar.
Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan digantikan oleh Amangkurat I
(1645-1677). Amangkurat I menjalin hubungan dengan Belanda. Pada masa
pemerintahannya. Mataram diserang oleh Trunojaya dari Madura, tetapi
dapat digagalkan karena dibantu Belanda.
Amangkurat I kemudian digantikan oleh Amangkurat II (1677-1703). Pada
masa pemerintahannya, wilayah Kerajaan Mataram makin menyempit karena
diambil oleh Belanda.
Setelah Amangkurat II, raja-raja yang memerintah Mataram sudah tidak
lagi berkuasa penuh karena pengaruh Belanda yang sangat kuat. Bahkan
pada tahun 1755, Mataram terpecah menjadi dua akibat Perjanjian Giyanti:
Ngayogyakarta Hadiningrat (Kesultanan Yogyakarta) yang berpusat di Yogyakarta
dengan raja Mangkubumi yang bergelar Hamengku Buwono I dan Kesuhunan
Surakarta yang berpusat di Surakarta dengan raja Susuhunan Pakubuwono
III. Dengan demikian, berakhirlah Kerajaan Mataram.
Kehidupan sosial ekonomi Mataram cukup maju. Sebagai kerajaan besar,
Mataram maju hampir dalam segala bidang, pertanian, agama, budaya. Pada
zaman Kerajaan Majapahit, muncul kebudayaan Kejawen, gabungan antara
kebudayaan asli Jawa, Hindu, Buddha, dan Islam, misalnya upacara Grebeg,
Sekaten. Karya
kesusastraan yang terkenal adalah Sastra Gading karya Sultan Agung. Pada
tahun 1633, Sultan Agung mengganti perhitungan tahun Hindu yang
berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun Islam yang berdasarkan
perhitungan bulan.
f. Kerajaan Banten
Kerajaan yang terletak di barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan
bagian dari Kerajaan Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah
pimpinan Fatahillah. Fatahillah adalah menantu dari Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah adalah salah seorang wali yang diberi kekuasaan
oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon. Syarif Hidayatullah
memiliki 2 putra laki-laki, pangeran Pasarean dan Pangeran Sabakingkin.
Pangeran Pasareaan berkuasa di Cirebon. Pada tahun 1522, Pangeran Saba
Kingkin yang kemudian lebih dikenal dengan nama Hasanuddin diangkat
menjadi Raja Banten.
Setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten kemudian
melepaskan diri dari Demak. Berdirilah Kerajaan Banten dengan rajanya
Sultan Hasanudin (1522- 1570). Pada masa pemerintahannya, pengaruh
Banten sampai ke Lampung. Artinya, Bantenlah yang menguasai jalur
perdagangan di Selat Sunda. Para pedagang dari Cina, Persia, Gujarat,
Turki banyak yang mendatangi bandar-bandar di Banten. Kerajaan Banten
berkembang menjadi pusat perdagangan selain karena letaknya sangat
strategis, Banten juga didukung oleh beberapa faktor di antaranya
jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) sehingga para pedagang muslim
berpindah jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Faktor lainnya,
Banten merupakan penghasil lada dan beras, komoditi yang laku di pasaran
dunia.
Sultan Hasanudin kemudian digantikan putranya, Pangeran Yusuf (1570-1580).
Pada masa pemerintahannya, Banten berhasil merebut Pajajaran dan Pakuan.
Pangeran Yusuf kemudian digantikan oleh Maulana Muhammad. Raja yang
bergelar Kanjeng Ratu Banten ini baru berusia sembilan tahun ketika
diangkat menjadi raja. Oleh sebab itu, dalam menjalankan roda
pemerintahan, Maulana Muhammad dibantu oleh Mangkubumi. Dalam tahun
1595, dia memimpin ekspedisi menyerang Palembang. Dalam pertempuran itu,
Maulana Muhammad gugur.
Maulana Muhammad kemudian digantikan oleh putranya Abu’lmufakhir yang
baru berusia lima bulan. Dalam menjalankan roda pemerintahan,
Abu’lmufakhir dibantu oleh Jayanegara. Abu’lmufakhir kemudian digantikan
oleh Abu’ma’ali Ahmad Rahmatullah. Abu’ma’ali Ahmad Rahmatullah
kemudian digantikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1692).
Sultan Ageng Tirtayasa menjadikan Banten sebagai sebuah kerajaan yang
maju dengan pesat. Untuk membantunya, Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun
1671 mengangkat purtanya, Sultan Abdulkahar, sebagi raja pembantu.
Namun, sultan yang bergelar Sultan Haji berhubungan dengan Belanda.
Sultan Ageng Tirtayasa yang tidak menyukai hal itu berusaha mengambil
alih kontrol pemerintahan, tetapi tidak berhasil karena Sultan Haji
didukung Belanda. Akhirnya, pecahlah perang saudara. Sultan Ageng
Tirtayasa tertangkap dan dipenjarakan. Dengan demikian, lambat laun
Banten mengalami kemunduran karena tersisih oleh Batavia yang berada di
bawah kekuasaan Belanda.
g. Kerajaan Cirebon
Kerajaan yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa
Tengah didirikan oleh salah seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati
dengan gelar Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak
mengirimkan pasukannya di bawah Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang
Portugis di Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah memberikan bantuan
sepenuhnya. Bahkan pada tahun 1524, Fatahillah diambil menantu oleh
Syarif Hidayatullah. Setelah Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari
Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah meminta Fatahillah untuk menjadi
Bupati di Jayakarta.
Syarif Hidayatullah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama
Pangeran Pasarean. Inilah raja yang menurunkan raja-raja Cirebon
selanjutnya.
Pada tahun 1679, Cirebon terpaksa dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
Dengan politik de vide at impera yang dilancarkan Belanda yang pada
saat itu sudah berpengaruh di Cirebon, kasultanan Kanoman dibagi dua
menjadi Kasultanan Kanoman dan Kacirebonan. Dengan demikian, kekuasaan
Cirebon terbagi menjadi 3, yakni Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan.
Cirebon berhasil dikuasai VOC pada akhir abad ke-17.
h. Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan sebenarnya terdiri atas dua kerjaan:
Gowa dan Tallo. Kedua kerajaan ini kemudian bersatu. Raja Gowa, Daeng
Manrabia, menjadi raja bergelar Sultan Alauddin dan Raja Tallo, Karaeng
Mantoaya, menjadi
perdana menteri bergelar Sultan Abdullah. Karena pusat pemerintahannya
terdapat di Makassar, Kerajaan Gowa dan Tallo sering disebut sebagai
Kerajaan Makassar.
Karena posisinya yang strategis di antara wilayah barat dan timur
Nusantara, Kerajaan Gowa dan Tallo menjadi bandar utama untuk memasuki
Indonesia Timur yang kaya
rempah-rempah. Kerajaan Makassar memiliki pelaut-pelaut yang tangguh
terutama dari daerah Bugis. Mereka inilah yang memperkuat barisan
pertahanan laut Makassar.
Raja yang terkenal dari kerajaan ini ialah Sultan Hasanuddin (1653-1669).
Hasanuddin berhasil memperluas wilayah kekuasaan Makassar baik ke atas sampai ke Sumbawa dan sebagian Flores di selatan.
Karena merupakan bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur,
Hasanuddin bercita-cita menjadikan Makassar sebagai pusat kegiatan
perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini merupakan ancaman bagi
Belanda sehingga sering terjadi pertempuran dan perampokan terhadap
armada Belanda. Belanda kemudian menyerang Makassar dengan bantuan Aru
Palaka, raja Bone. Belanda berhasil memaksa Hasanuddin, Si Ayam Jantan
dari Timur itu menyepakati Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Isi
perjanjian itu ialah: Belanda mendapat monopoli dagang di Makassar,
Belanda boleh mendirikan benteng di Makassar, Makassar harus melepaskan
jajahannya, dan Aru Palaka harus diakui sebagai Raja Bone.
Sultan Hasanuddin kemudian digantikan oleh Mapasomba. Namun,
Mapasomba tidak berkuasa lama karena Makassar kemudian dikuasai Belanda,
bahkan seluruh Sulawesi Selatan.
Kehidupan perekonomiannya berdasarkan pada ekonomi maritim:
perdagangan dan pelayaran. Sulawesi Selatan sendiri merupakan daerah
pertanian yang subur. Daerah-daerah taklukkannya di tenggara seperti
Selayar dan Buton serta di selatan seperti Lombok, Sumbawa, dan Flores
juga merupakan daerah yang kaya dengan sumber daya alam. Semua itu
membuat Makassar mampu memenuhi semua kebutuhannya bahkan mampu
mengekspor.
Karena memiliki pelaut-pelaut yang tangguh dan terletak di pintu
masuk jalur perdagangan Indonesia Timur, disusunlah Ade’Allapialing
Bicarana Pabbalri’e, sebuah tata hukum niaga dan perniagaan dan sebuah
naskah lontar yang ditulis oleh Amanna Gappa.
i. Kerajaan Ternate dan Tidore
Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad
ke-13 dengan raja Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid
dari Sunan Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau
lainnya dengan Sultan Mansur sebagai raja.
Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para
pedagang karena Maluku kaya akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat
berkembang berkat hasil rempah-rempah terutama cengkih.
Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian
itu tidak berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol datang ke
Maluku, kedua kerajaan berhasil diadu domba. Akibatnya, antara kedua
kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis yang masuk Maluku pada
tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya dengan membangun benteng
Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521 menjadikan Tidore
sebagai sekutunya.
Dengan berkuasanya kedua bangsa Eropa itu di Tidore dan Ternate,
terjadi pertikaian terus-menerus. Hal itu terjadi karena kedua bangsa
itu sama-sama ingin memonopoli hasil bumi dari kedua kerajaan tersebut.
Di lain pihak, ternyata bangsa Eropa itu bukan hanya berdagang tetapi
juga berusaha menyebarkan ajaran agama
mereka. Penyebaran agama ini mendapat tantangan dari Raja Ternate,
Sultan Khairun (1550-1570). Ketika diajak berunding oleh Belanda di
benteng Sao Paulo, Sultan Khairun dibunuh oleh Portugis.
Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan
membaik kembali. Sultan Khairun kemudian digantikan oleh Sultan
Baabullah (1570-1583). Pada masa pemerintahannya, Portugis berhasil
diusir dari Ternate. Keberhasilan itu tidak terlepas dari bantuan Sultan
Tidore. Sultan Khairun juga berhasil memperluas daerah kekuasaan Ternate sampai ke Filipina.
Sementara itu, Kerajaan Tidore mengalami kemajuan pada masa pemerintahan
Sultan Nuku. Sultan Nuku berhasil memperluas pengaruh Tidore sampai ke
Halmahera, Seram, bahkan Kai di selatan dan Misol di Irian.
Dengan masuknya Spanyol dan Portugis ke Maluku, kehidupan
beragama dan bermasyarakat di Maluku jadi beragam: ada Katolik,
Protestan, dan Islam. Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate dan
Tidore. Pengaruh Protestan sangat terasa di Maluku bagian tengah dan
pengaruh Katolik sangat terasa di sekitar Maluku bagian selatan.
Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang sangat terkenal
bahkan sampai ke Eropa. Itulah komoditi yang menarik orang-orang Eropa
dan Asia datang ke Nusantara. Para pedagang itu membawa barang-barangnya
dan menukarkannya dengan rempah-rempah. Proses perdagangan ini pada
awalnya menguntungkan masyarakat setempat. Namun, dengan berlakunya
politik monopoli perdagangan, terjadi kemunduran di berbagai bidang,
termasuk kesejahteraan masyarakat.
Dari Buku Sekolah
Perkembangan Kerajaan Islam di Nusantara
1. Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan
Samudra Pasai terletak di sebelah utara Perlak di daerah Lhokseumawe
(sekarang pantai timur Aceh). Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan
Islam pertama di Nusantara dan berdiri pada abad ke- 13 M. Wilayahnya
strategis karena menghadap Selat Malaka.
Awal
berdirinya kerajaan Samudra Pasai diketahui dari batu nisan makam raja
Malik al-Saleh yang wafat tahun 1297 M. Diperkirakan bahwa Sultan Malik
al-Saleh (1290-1297) merupakan pendiri dan raja pertama kerajaan Samudra
Pasai. Setelah Malik al-Saleh wafat, kerajaan Samudra Pasai dilanjutkan
oleh Sultan Muhammad Malik al-Taher (1297 – 1326 M), Sultan Ahmad dan
Sultan Zainal Abidin.
Menurut beberapa sumber sejarah, banyak pedagang dari berbagai negara
berlabuh di Pelabuhan Pasai. Pelabuhan Pasai yang sangat strategis itu
dijadikan sebagai tempat untuk transit barang-barang dari berbagai
negara sebelum diekspor ke tempat lain. Kerajaan Samudra Pasai mampu
memanfaatkan ramainya perdagangan internasional yang dilakukan oleh para
pedagang Islam. Mata uang yang digunakan oleh masyarakat Samudra Pasai
dalam kegaiatan dagang ketika itu adalah mata uang emas (berita
Marcopolo tahun 1292 M dan Ibnu Batutah tahun 1326 M). Samudra Pasai
telah berperan sebagai pusat penyebaran Islam ke berbagai kawasan
sekitarnya.
2. Kerajaan Aceh
Pendiri kerajaan ini ialah Ali Mughayat Syah
(1513-1528 M). Pada masa pemerintahannya, Aceh menyatukan
kerajaan-kerajaan disekitarnya, seperti Kesultanan Samudra Pasai,
Perlak, Lamuri, Benua Tamiang dan Indera Jaya. Raja berikutnya Sultan Alauddin Riayat Syah
(1537-1568 M). Dalam masa kekuasaannya, Aceh terus berusaha mengusir
Portugis yang berkeinginan menguasai wilayahnya dan menyerang Johor yang
bersekutu dengan Portugis. Usaha membangun kebesaran Aceh lainnya
adalah menjalin hubungan dengan Turki, Persia, India dan
Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa.
Kerajaan Aceh mencapai kejayaannya dibawah Pemerintahan Sultan Iskandar Muda
(1607-1636 M). Pada masa kekuasaanya, wilayah Aceh semakin luas yaitu
dari pesisir barat samudra sampai Bengkulu, pesisir timur Sumatera
sampai Siale, Johar, Pahang dan Pattani.
Sultan Iskandar Muda kemudian digantikan oleh Sultan Iskandar Thani (1636-1641 M). Pada masa kekuasaannya, ia lebih memperhatikan pengembangan dalam negeri ketimbang politik ekspansi, berkembangnya studi Islam masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani karena didukung oleh kehadiran Nuruddin ar Raniri (seorang
ahli tasawuf yang berasal dari Gujarat, India. Nuruddin ar Raniri
pernah singgah di Aceh sekitar tahun 1637 – 1644 M. Nuruddin ar Raniri
banyak menulis buku tasawuf. Hasil karyanya yang terkenal adalah
Bustanus Salatin yang berisi sejarah Aceh). Setelah Sultan Iskandar
Thani wafat, kerajaan Aceh mulai mengalami kemunduran.
3. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan Kerajaan Islam pertama di Jawa. Pendirinya ialah Raden Fatah (1478 – 1518 M). Kerajaan ini memiliki wilayah yang luas dan membentang di pesisir utara Jawa, bekas Kerajaan Majapahit.
Setelah sebagian besar wilayah Jawa dikuasainya, Kerajaan Demak melakukan ekspansi ke luar Jawa. Caranya, dengan menyerang Malaka yang sudah jatuh ketangan Portugis. Pemimpin serangan itu ialah Pati Unus (1518-1521 M) dan dikenal dengan Pangeran Sabrang Lor. Serangan itu mengalami kegagalan, karena jarak serangan terlalu
jauh dan Demak kurang memiliki persenjataan. Walaupun gagal, kerajaan
Demak telah membuktikan bahwa kerajaan Nusantara mampu melawan kekuatan
bangsa Barat.Kerajaan Demak mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Trenggono
(1521-1546 M). Pada masa pemerintahannya, Demak berusaha membendung
masuknya Portugis ke Jawa. Setelah Sultan Trenggono wafat, Demak
mengalami kemunduran yang disebabkan adanya perebutan kekuasaan dan
kelemahan sistem pemerintahan di Kerajaan Demak. Kerajaan Demak memiliki
peranan besar sebagai pusat penyebaran Islam di Jawa. Demak pun membangun masjid yang menggunakan perpaduan antara kebudayaan Jawa dan Islam. Masjid yang dimaksud adalah Masjid Raya Demak dan Masjid Raya Kudus.
Pendiri Kerajaan Mataram ialah Kyai Ageng Pamanahan. Setelah meninggal tahun 1575 M, Pamanahan digantikan oleh anaknya bernama Sutawijaya. Pada masa pemerintahan Sutawijaya, wilayah kekuasaan Mataram meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Cirebon dan sebagian Priangan.
Sutawijaya kemudian digantikan Mas Jolang
(1511-1613 M). Pada masa pemerintahan Mas Jolang, Mataram Islam tidak
mampu memperluas wilayahnya karena disibukkan dengan usaha mengatasi
para pemberontak.
Pengganti Mas Jolang ialah Raden Rangsang (1613-1645 M) yang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo.
Cita-cita perjuangan kedua pendahulunya tetap dilanjutkan sejak tahun
1614 M, Sultan Agung mulai bergerak menaklukkan kembali daerah di
pesisir utara Jawa. Balatentara Mataram berhasil menaklukkan Lumajang,
Pasuruan, Kediri, Tuban, Pajang, Lasem, Madura, Surabaya dan Sukadana
(Kalimantan). Sedangkan di daerah pedalaman yang tidak mau tunduk kepada
kerajaan Mataram Islam, yaitu Madura, Ponorogo, Blora dan Bojonegoro.
Setelah Surabaya jatuh hampir seluruh Jawa dikuasainya hanya tinggal
Cirebon, Banten dan Batavia yang belum dikuasai. Pada tahun 1628 M dan
1629 M Mataram menyerang Batavia, namun tidak berhasil karena kurangnya
persiapan logistik. Sultan Agung adalah seorang organisator, ahli
politik, ahli filsafat dan ahli sastra. Berikut ini adalah hasil karya
Sultan Agung, yaitu :
a. Tahun 1833 M, Sultan Agung menciptakan Tarikh Jawa Islam yang dimulai 1 Muharam 1043 H.
b. Mengarang buku ”sastra gending” yang berisi ajaran filsafat mengenai kesucian jiwa.
c. Membuat buku undang-undang hukum pidana dan perdata yang diberi nama ”surya alam”.
5. Kerajaan Cirebon
Awalnya
Cirebon merupakan bagian dari kerajaan Pajajaran. Pada abad ke- 16,
Cirebon berkembang menjadi pelabuhan yang ramai dan pusat perdagangan di
pantai Jawa Barat bagian utara. Setelah jumlah pedagang semakin banyak
dan proses Islamisasi berkembang terus, Sunan Gunung Jati segera
membentuk pemerintahan kerajaan Islam Cirebon.
Cirebon
dan Demak memiliki hubungan dekat. Secara ekonomi, pelabuhan Banten
dijadikan sebagai pelabuhan bagi perkembangan ekonomi Demak di wilayah
Cirebon, sebelum pelabuhan ini berdiri sendiri sebagai kerajaan. Adapun
secara politik dan budaya, hubungannya terjadi melalui perkawinan. Pada
tahun 1524 M, Sunan Gunung Jati menikahi saudara perempuan raja Demak.
Dari perkawinan tersebut, Sunan Gunung Jati memperoleh anak bernama
Hasanuddin yang kemudian dinobatkan sebagai Sultan Banten, setelah Demak
merebut Banten dari penguasa Pajajaran. Adapun Sunan Gunung Jati,
setelah meletakkan dasar-dasar pemerintahan kesultanan Banten segera
membentuk pemerintahan di Cirebon pada tahun 1552 M. Masih ada perbedaan
pendapat mengenai apakah Sunan Gunung Jati dengan Fatahillah sama
orangnya atau berbeda ? Selama ini terdapat dua versi mengenai tokoh
tersebut. Versi pertama dikemukakan oleh sejarawan Hoesien
Djajadiningrat (1913) yang merujuk pada sumber-sumber yang dikemukakan
oleh catatan sejarah bangsa Portugis dan sumber-sumber lainnya
mengatakan bahwa Sunan Gunung Jati ialah sama dengan Fatahillah,
Falatehan, Tagaril, atau Syarif Hidayatullah. Versi kedua dikemukakan
oleh sejarawan Atja (1972) dan Edi S. Ekadjati (2000) mengatakan bahwa
Fatahillah dan Sunan Gunung Jati ialah dua orang yang berbeda, walaupun
keduanya ialah sama-sama tokoh penyebar Islam di Cirebon. Versi kedua
ini didukung oleh Babad Cirebon dan naskah Carita Purwaka Caruban Nagari.
6. Kerajaan Banten
Hasanuddin
sebagai anak dari Sunan Gunung Jati dianggap sebagai raja dari
Kerajaan/Kesultanan Banten yang pertama. Adapun Sunan Gunung Jati
dianggap sebagai pendiri kerajaan Banten.
Seperti
halnya ayahnya, Hasanuddin memiliki hubungan keluarga dengan Raja Demak
(Sultan Trenggono) melalui perkawinan. Dari perkawinan tersebut,
Hasanuddin memperoleh dua orang anak, yaitu Maulana Yusuf dan Pangeran Jepara. Anak kedua diangkat menjadi penguasa Jepara, sedangkan Maulana Yusuf sebagai anak pertama diangkat menjadi Raja Banten.
Perebutan tahta di Banten terjadi sepeninggal Maulana Yusuf, yaitu antara Maulana Muhammad
(anak Maulana Yusuf) dengan Pangeran Jepara. Namun usaha ini dapat
digagalkan oleh pasukan Banten. Dari kegagalan serangan tersebut, Banten
dan Cirebon berdiri sebagai kerajaan yang berdaulat.
Banten mencapai masa kejayaannya dibawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa
(1651-1682 M). Selama masa pemerintahannya, Sultan Ageng terlibat
pertempuran melawan VOC. Kegigihan Sultan Ageng ditentang oleh Sultan
Haji. Kesempatan ini dimanfaatkan VOC untuk menggunakan politik adu
domba sehingga tidak lama kemudian Sultan Ageng dapat ditangkap Belanda
tahun 1683 M dan dipenjara di Batavia sampai akhirnya wafat tahun 1692
M. Akhirnya, Sultan Haji dipaksa untuk menandatangani perjanjian dengan
VOC. Harus menerima kenyataan bahwa Belanda memonopoli perdagangan di
Banten.
7. Kerajaan Makassar
Pada
abad ke- 16 di pulau Sulawesi berkembang banyak kerajaan diantaranya
kerajaan Luwu,Gowa, Wajo, Soppeng, Tallo dan Bone. Diantara
kerajaan-kerajaan tersebut terdapat persaingan perebutan hegemoni di
Sulawesi Selatan dan kawasan Indonesia bagian Timur. Dua kerajaan
berhasil memenangkan persaingan tersebut, yaitu Gowa dan Tallo yang
kemudian lebih dikenal sebagai Kerajaan Makassar.Kerajaan Makassar
mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Hasanuddin (1653-1669 M).
Sultan Hasanuddin berhasil memperluas daerah kekuasaannya di Sulawesi Selatan termasuk Kerajaan Bone. setelah VOC mengetahui
pelabuhan Makassar yaitu Sombaopu cukup ramai dan banyak menghasilkan
beras. Kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan memiliki tradisi
merantau.Tradisi ini berkaitan dengan kehidupan ekonomi perdagangan
antar pulau. Pada masa kejayaannya, pedagang Makassar melakukan kegiatan
perdagangan dengan berbagai Pelabuhan di seluruh Nusantara.Hubungan
diplomatik juga dilakukan antara lain dengan kerajaan-kerajaan di Asia,
seperti Mindanao, Mogul, Turki dan Sulu. Sikap terbuka masyarakat
Kerajaan Makassar menyebabkan terbentuknya perdagangan bebas di kawasan
ini. VOC mulai mengirimkan utusan untuk membuka hubungan dagang serta membujuk Sultan Hasanuddin untuk bersama-sama menyerbu Banda
(pusat rempah-rempah). Namun, bujukan VOC itu ditolak. Setelah
peristiwa itu antara Makassar dan VOC mulai terjadi Konflik. Keadaan
meruncing sehingga pecah perang terbuka. Dalam peperangan tersebut, VOC sering mengalami kesulitan dalam menundukkan Makassar oleh karena itu, VOC memperalat Aru Palaka (Raja Bone) yang ingin lepas dari kerajaan Makassar dan menjadi kerajaan merdeka. Akhirnya Makasar diduduki VOC melalui Perjanjian Bongaya tahun 1667 M.
Kerajaan
Ternate dan Tidore merupakan dua kerajaan di kepulauan Maluku. Dalam
sejarah perkembangannya, kedua kerajaan tersebut bersaing untuk
memperebutkan kekuasaan politik dan ekonomi. Tidak jarang mereka
melibatkan kekuatan-kekuatan asing, seperti Portugis, Spanyol dan
Belanda. Kekuatan-kekuatan asing tersebut dalam perkembangannya
berambisi pula untuk menguasai secara monopoli perdagangan rempah-rempah
di kawasan ini. Persaingan antara kerajaan Ternate dan Tidore
diperburuk dengan ikut campurnya bangsa Portugis yang membantu Ternate
dan bangsa Spanyol yang membantu Tidore. Setelah memperoleh keuntungan,
kedua bangsa barat tersebut bersepakat untuk menyelesaikan persaingan
mereka dalam Perjanjian Saragosa ( 22 April 1529).
Hasil perjanjian tersebut, Spanyol harus meninggalkan Maluku dan
menguasai Philipina, sedangkan Portugis tetap melakukan perdagangan di
kepulauan Maluku. Walaupun
sedang bersaing memperebutkan hegemoni di kawasan tersebut,
kerajaan-kerajaan di Maluku tetap tidak menginginkan bangsa-bangsa barat
mengganggu kegiatan perdagangan di kawasan tersebut. Hal itu merupakan
salah satu ciri kerajaan-kerajaan Islam di Maluku. Oleh karena itu,
mereka selalu mengadakan perlawanan terhadap kekuasaan asing. Misalnya,
perlawanan yang dilakukan oleh Sultan Hairun (1550 – 1570 M) dan perlawanan Sultan Baabullah (1570-1583).Perlawanan
yang terakhir ini mampu memaksa bangsa Portugis meninggalkan Maluku dan
memindahkan kegiatannya ke Timor Timur (sekarang Timor Leste). Adapaun
perlawanan terhadap Belanda dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780 – 1805 M).
Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan ini terletak di sekitar Lhokseumawe Aceh. Samudra Pasai
sudah berdiri sekitar abad ke-13, kapal-kapal asing sudah banyak
berlabuh di Bandar Samudra Pasai. Raja pertama Samudra Pasai ialah
Sultan Malik al Saleh yang memerintah hingga tahun 1297 M. Setelah
wafat, beliau digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Muhammad,
yang dikenal dengan sebutan Sultan Malik al Tahir. Samudra Pasai mulai
berkembang saat perdagangan di Samudra Pasai semakain ramai. Samudra
Pasai berkembang menjadi daerah perdagangan dan penyebaran agama
Islam.Oleh sebab itu Samudra Pasai dikenal sebagai Kerajaan Islam
pertama di nusantara dan memiliki peranan dalam penyebaran agama Islam
di nusantara.
Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh berdiri pada awal abad ke-16. Pendiri Kerajaan Aceh ini
adalah Sultan Ibrahim, yang dikenal dengan Sultan Ali Mughayat Syah
(1514-1528). Kerjaan Aceh mulai membesar setelah menguasai Pedir
kemudian berkembang setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun
1511 M. Karena Malaka dikuasi oleh portugis sehingga Pelabuhan Kotaraja
menjadi ramai karena kedatangan para pedagang yang berasal dari berbagai
daerah. Kekuasaan Aceh terus bertambah hingga ke pantai barat Sumatera,
yaitu daerah Aru dan Pariaman. Masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda
(1607-1636) Aceh mengalami masa yang gemilang. Wilayah Aceh bertambah
luas hingga ke daerah Deli, Nias, dan Bintan, serta beberapa daerah di
Semenanjung Malaya meliputi Johor, Pahaang, Perak, dan Kedah.
Daerah-daerah ini menghasilkan emas dan lada sehingga Aceh menjadi
bertambah kaya sekaligus juga diikuti penyebaran agama Islam.
Kerajaan Demak
Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan Demak
berdiri pada akhir abad ke-15. Letak Kerajaaan Demak di daerah Bintoro
dekat muara Sungai Demak. Pusat kerajaannya terletak antara pelabuhan
Bergota dan Jepara. Daerahnya semula hanya sekitar Demak dan merupakan
bagian wilayah Majapahit. Kemudian, Demak memisahkan diri dari Majapahit
dan berdiri menjadi Kerajaan Demak. Raden Patah adalah salah seorang
murid Sunan Ampel di Pulau Jawa Timur. Setelah masuk Islam dan dibantu
oleh paraa wali, Raden Patah berhasil menanamkan pengaruhnya di
Majapahit.
Beberapa Raja yang memrintah Demak ialah:
- Raden Patah (1478-1518)
- Pati Unus (1518-1521)
- Sultaan Trenggono (1521-1546)
- Raden Patah (1478-1518)
- Pati Unus (1518-1521)
- Sultaan Trenggono (1521-1546)
Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang di bawah pemerintahan Sultan Hadiwijaya mengalami
kemajuan, meski wilayahnya tidak seluas Demak semasa diperintah oleh
Sultan Trenggono. Sepeninggalan Sultan Hadiwijaya, Pajang diperintah
oleh Pangeran Benowo putra Sultan Hadiwijaya (1575-1586). Pada saat
pemerintahan Pangeran Benowo terjadi pemberontakan yang dilakukan olah
Arya Pangiri, anak Sunan Prawoto. Berkat bantuan Sutawijaya, anak Ki
Ageng Pemanahan juga putra angkat Sultan Hadiwijaya, pemberontakan Arya
Pangiri dapat di padamkan. Pemerintahan Pangeran Benowo tidak
berlangsung lama, karena diserahkan kepada Sutawijaya. Oleh Sutawijaya,
pemerintahan Pajang dipindahkan ke Mataram.
Kerajaan Mataram
Akibat pemindahan pemerintahan dari Pajang ke Mataram, berdirilah Kerajaan Mataram Islam
tahun 1586 dengan raja pertamanya Sutawijaya yang bergelar Panembahan
Senopati (1586-1601). Pada masa Mtaram mencapai puncak kejayaan pada
masa pemerintahan Sultan Agung. Wilayah Mataram bertambah luas meliputi
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat. Sultan di samping
dikenal sebagai raja juga pemimpin agama. Kehidupan beragama mendapat
perhatian dan pengembangan yang sangat pesat. Sultan Agung dikenal juga
sebagai pahlawan nasional karena perannya dalam mengusir penjajah
Belanda.
Kerajaan Banten
Banten semula berada di bawah Kerajaan Demak. Ketika Sultaan
Trenggono wafat dan terjadi perebutan kekuasaan di Demak, Banten di
bawah perintah Faletehan memisahkan diri dari Demak. Banten berdiri
menjadi negara sendiri, yaitu Kerajaan Banten. Raja pertamanya adalah
Faletehan.Faletehan menyerahkan Banten kepada putranya yaang bernama
Sultan Hasanuddin. Faletehan sendiri kemudian pergi ke Cirebon dan
mendirikan kerajaan di sana.
Kerajaan Cirebon
Kerajaan Cirebon didirikan oleh Faletehan dan beliau menjadi rajanya
yang pertama. Di samping sebagai raja, Faletehan juga seorang ulama,
bahkan beliau sebagai salah seorang Walisongo. Faletehan dikenal sebagai
Sunan Gunung Jati. Setelah Faletehan menjadi raja di Cirebon,
perkembangan agama Islam di daerah ini mengalami kemajuan yang sangat
pesat.
Kerajaan Gowa Tallo (Makassar)
Kerjaan ini semula terdiri dari dua kerajaan, yaitu Kerajaan Gowa dan
Kerajaan Tallo. Kemudian, keduanya bergabung menjadi Gowa Tallo.
Kerajaan ini bercorak islam. Ibu Gowa Tallo di Sombaopu, sebuah kota
pelabuhan transito di Sulawesi Selatan yang ramai. Kerajaan ini oleh
masyarakat luas dikenal sebagai Kerajaan Makasar. Di sebut kerajaan
Makasar karena letaknya di kota Makasar yang sekarang bernama Ujung
Pandang. Setelah bergabung menjadi Gowa Tallo, Raja Gowa Daeng Manrabia
menjadi Raja Gowa Tallo dan bergelar Sultan Alaudin. Sedangkan Raja
Tallo Karaeng Matoya menjadi perdana menteri (patih) dan bergelar Sultan
Abdullah.
Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate berdiri pada abad ke-13. Ibu kota kerajaan ini di
Sampalu. Letaknya di Kepulauan Maluku bagian Utara. Ketika Bandar Malaka
menjadi ramai, permintaan rempah-rempah dari Maluku semakin besar.
Bersamaan dengan ini pengaruh Islam masuk ke Ternate. Islam mulai
disebarkan ke Ternate pada abad ke-14.
Kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore berdiri hampir bersamaan dengan Kerajaan Ternate
yaitu abad ke-13. Kedua kerajaan ini bersahabat dan hidup berdampingan.
Karena Tidore juga kaya rempah-rempah, banyak pedagang yang berlabuh ke
Ternate juga singgah di Tidore. Sultan Tidore yang terkenal adalah
Sultan Nuku. Pada saat pemerintahannya berhasil memperluas wilayahnya
hingga ke Halmahera, Seram, Kai, dan Misol Iran bersamaan dengan
penyebaran agama Islam.
Kerajaan Banjar
Letak Kerajaan Banjar ini di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Kerajaan Banajar berdiri setelah berhasil memisahkan diri dari Kerajaan
Nagaradaha. Berkat bantuan Demak, Kerajaan Banjar berhasil menguasai
Kerajaan Nagaradaha. Pendiri kerajaan ini adalah Pangeran Samudra
sekitar abad ke-16. Sejarah kerajaan ini dilukiskan dalam Hikayat
Banjar.
Sejarah Islam, Awal Mula Islam di Indonesia
0 komentar Diposting oleh damayanti ayuningtiyas di 23.14
roabaca.com,- Sejarah Islam, – Tahukan anda tentang sejarah islam? bagaimana islam masuk ke Indonesia? Siapa penyebar agama
islam di Indonesia? Nah jika anda ingin mempelari hal tersebut, berikut
ini sajikan sejarah islam dan awal mula islam masuk Indonesia. Artikel ini ditulis sebagai rasa keingintahuan tentang sejarah islam di indonesia, yang mana artikel ini kutip dari Wikipedia
dan sumber lain. Dalam catatan sejarah, islam sudah berada sejak tahun
622 ketika Allah menurunkan wahyu yang pertama kepada Nabi Muhammad
SAW. Namun di Indonesia islam dikenal pada abad pertama hijaiyah atau
tujuh masehi. Pengenalan islam di Indonesia dimulai dari frekuensi yang
tidak terlalu besar, hanya melalui perdagangan, dan seiring berjalannya
waktu pengenalan islam di Indonesia lebih intensif, terutama di
Semenangjung Melayu dan Nusantara. Beberapa bukti peninggalan islam di
Asia Tenggara adalah dua makam muslim dari akhir abad ke 16.
Sejarah Islam
Risalah Islam dilanjutkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. di Jazirah Arab pada abad ke-7 masehi ketika Nabi Muhammad saw mendapat wahyu dari Allah swt. Setelah kematian Rasullullah s.a.w. kerajaan Islam berkembang hingga Samudra Atlantik dan Asia Tengah di Timur.
Risalah Islam dilanjutkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. di Jazirah Arab pada abad ke-7 masehi ketika Nabi Muhammad saw mendapat wahyu dari Allah swt. Setelah kematian Rasullullah s.a.w. kerajaan Islam berkembang hingga Samudra Atlantik dan Asia Tengah di Timur.
Namun, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umayyah, Abbasiyyah, Turki Seljuk, dan Kekhalifahan Ottoman,
Kemaharajaan Mughal, India,dan Kesultanan Melaka telah menjadi
kerajaaan yang besar di dunia. Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli
filsafat dan sebagainya muncul dari negeri-negeri Islam terutama pada
Zaman Emas Islam. Karena banyak kerajaan Islam yang menjadikan dirinya
sekolah.
Di abad
ke-18 dan 19 masehi, banyak daerah Islam jatuh ke tangan Eropa. Setelah
Perang Dunia I, Kerajaan Ottoman, yaitu kekaisaran Islam terakhir
tumbang.
Jazirah
Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang dilewati
oleh jalur sutera. Kebanyakkan Bangsa Arab merupakan penyembah berhala
dan sebagian merupakan pengikut agama Kristen dan Yahudi. Mekah adalah
tempat suci bagi bangsa Arab ketika itu karana terdapat berhala-berhala mereka dan Telaga Zamzam dan yang paling penting sekali serta Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim beserta Ismail.
Nabi
Muhammad saw. dilahirkan di Mekah pada Tahun Gajah yaitu 570 masehi. Ia
merupakan seorang anak yatim sesudah kedua orang tuanya meninggal
dunia. Muhammad akhirnya dibesarkan oleh pamannya, Abu Thalib. Muhammad
menikah dengan Siti Khadijah dan menjalani kehidupan yang bahagia.
Namun,
ketika Nabi Muhammad saw. berusia 40 tahun, beliau didatangi Malaikat
Jibril Sesudah beberapa waktu Muhammad mengajar ajaran Islam secara
tertutup kepada rekan-rekan terdekatnya, yang dikenal sebagai
“as-Sabiqun al-Awwalun(Orang-orang pertama yang memeluk Islam)” dan
seterusnya secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah.
Pada
tahun 622 masehi, Muhammad dan pengikutnya hijrah ke Madinah. Peristiwa
ini disebut Hijrah. Peristiwa lain yang terjadi setelah hijrah adalah
pembuatan kalender Hijirah.
Penduduk
Mekah dan Madinah ikut berperang bersama Nabi Muhammad saw. dengan
hasil yang baik walaupun ada di antaranya kaum Islam yang tewas. Lama
kelamaan para muslimin menjadi lebih kuat, dan berhasil menaklukkan
Kota Mekah. Setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat, seluruh Jazirah Arab di
bawah penguasaan Islam.
Sejarah Islam di Indonesia
Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan, dll. Tokoh penyebar islam adalah walisongo antara lain; Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) (Sumber: wikipedia)
Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan, dll. Tokoh penyebar islam adalah walisongo antara lain; Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) (Sumber: wikipedia)
Pada
tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari
wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi
ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang
belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun
ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah
mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan
pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan
pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil
bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.
Lambat
laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara
besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara,
adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah
kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari
Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun
692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu
pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang
ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh
telah tersebar mazhab Syafi’i. Adapun peninggalan tertua dari kaum
Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur.
Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam
seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis
angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari.
Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam
para pedagang Arab.
Sampai
dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi
Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk
pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat
bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad
tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan
politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa
kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka,
Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini
berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para
pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara
lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan
dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti
Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of
Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk
seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia
Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut
kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil’alamin.
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah – terutama Belanda – menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah – terutama Belanda – menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak
awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan
subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk
menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan
ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang
Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu
daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan
kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu
contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah
menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan
Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda
Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan
Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur
mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini
dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah
Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah.
Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak,
Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut
mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan
kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum
muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam
tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami
keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi’i. Sedangkan pada
kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi
pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah
terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih
terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara
adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak
diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru
kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski
pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik
licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur
pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan
kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia),
Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga
perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus
rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan
Perang Aceh (Teuku Umar).(Sumber : ummah.com)
Sejarah Perkembangan dan Dinamika Islam di DUNIA (mulai th 570 M - sekarang)
0 komentar Diposting oleh damayanti ayuningtiyas di 23.12
Dinamika Islam mulai dari periode awal kemunculannya sampai sekarang,
telah tercatat dalam sejarah dunia. Berbagai peristiwa penting yang
terjadi memberi warna bagi perkembangan kehidupan umat, khususnya dalam
syiar Islam.
Tahun 570 M
Nabi Muhammad SAW lahir
di Mekah, sebuah kota yang amat penting dan terkenal di Semenanjung
Arabia pada masa itu. Nabi Muhammad SAW berasal dari Bani Hasyim,
kabilah yang paling mulia dalam suku Quraisy yang mendominasi masyarakat
Arab. Tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW dikenal dengan nama "Tahun
Gajah", karena bertepatan dengan datangnya pasukan gajah yang dipimpin
Abrahah (gubernur kerajaan Habsyi di Yaman) menyerbu Mekah untuk
menghancurkan Ka'bah dan memindahkan pusat kegamaan ini ke negerinya.
Tahun 611 M
Menjelang usia 40 tahun,
Nabi Muhammad SAW sering menyendiri dan bertafakur di Gua Hira. Pada 17
Ramadhan 11 SH/6 Agustus 611, Malaikat Jibril datang dan menyampaikan
wahyu pertama dari Allag SWT kepada Muhammad: "Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu Yang Menciptakan ..." (QS. 96:1-5). Dengan turunnya wahyu
pertama itu, Muhammad SAW dipilih Allah SWT sebagai rasul.
Tahun 615 M
Hijrah Pertama. Dakwah
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW mendapat banyak rintangan dari
penduduk dan penguasa Mekah. Kekejaman yang dilakukan terhadap kaum
muslimin itu mendorong Nabi Muhammad SAW untuk mengungsikan para
sahabatnya ke luar mekah. dengan pertimbangan yang mendalam, pada tahun
kelima kerasulannya, Nabi Muhammad SAW menetapkan Abessinia (Ethiopia)
sebagai negeri tempat berhijrah.
Tahun 620 M
Pada tahun ke-10
kenabiannya, Nabi Muhammad SAW mengalami peristiwa Isra Mi'raj. Isra
adalah perjalanan Nabi SAW dari Masjidilharam (Mekah) ke Masjidilaksa
(Yerusalem), sedangkan Mi'raj adalah perjalanan dari Masjidilaksa ke
Sidratulmuntaha di langit ke tujuh. Isra Mi'raj terjadi secara
bersambung dalam satu malam dengan ditemani Malaikat Jibril. Inti Isra
Mi'raj adalah perintah salat yang diterima Nabi SAW di Sidratulmuntaha.
Sebagai ulama berpendapat bahwa yang melakukan Isra Mi'raj adalah roh
Nabi SAW, bukan jasadnya. Sebagaian lainnya berpendapat Isra Mi'raj
dilakukan dengan jasad dan rohnya, bukan dalam mimpi.
Tahun 622 M
Karena perlakukan kaum
Quraisy semakin kejam terhadap kaum muslimin di Mekah, maka Nabi SAW
segera memerintahkan para sahabat dan pengikutnya untuk hijrah ke
Yatsrib (yang kemudian disebut Madinaturrasul). Setelah Nabi SAW tiba
dan diterima penduduk Madinah, Nabi SAW menjadi pemimpin kota itu. Ia
meletakkan dasar-dasar kehidupan yang kokoh, antara lain dengan
menetapkan Piagam Madinah bagi pembentukan suatu masyarakat baru yang
biasa disebut "negara Madinah". Dengan terbentuknya negara Madinah,
Islam semakin bertambah kuat
Tahun 622 M
Tahun Hijriah, awal zaman
Islam. Awal tarikh Hijrah terhitung sejak Nabi Muhammad SAW hijrah ke
Madinah pada 622 M. Penetapan tahun Hijriah ditentukan belakang oleh
Khalifah Umar pada 17 H/638 M dengan mendengar usulan para sahabat. Dari
berbagai usulan yang muncul, Umar menerima usulan Ali bin Abi Thalib
yang mengangkat peristiwa hijrah Nabi SAW dari Mekan ke Madinah sebagai
awal tahun Islam. Alasannya, hijrah merupakan titik pemisah antara masa
Mekah dan masa Madinah, dan merupakan momentum terbesar perjuangan Nabi
SAW dalam menyebarkan Islam
Tahun 624 M
Puncak pertikaian antara
kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin Quraisy ditandai dengan perang
pada 17 Ramadhan 2 H/624 M yang terjadi di Wadi Badar, 125 km selatan
Madinah. Perang ini dikenal dengan nama Perang Badar.
Tahun 625 M
Perang meletus di Bukit
Uhud dan disebut Perang Uhud. Perang ini disebabkan keinginan balas
dendam kaum musyrikin Quraisy Mekah yang kalah dalam Perang Badar.
Awalnya pasukan muslim berhasil membuat tentara Quraisy mundur, namun
karena kelalaian pasukan muslim, terjadi serangan balik yang membuat
pasukan Islam terjepit sehingga Hamzah bin Abdul Muthalib yang dijuluki
"Singa Allah" terbunuh.
Tahun 627 M
Perang Khandaq atau
Perang Azhab (ahzab, sekutu) terjadi pada bulan Syawal 5 H/627 M. Ini
perang antara kaum muslim dan orang Yahudi yang bersekutu dengan kaum
Quraisy dan suku lainnya untuk memerangi Nabi SAW beserta pengikutnya.
Perang ini disebut Perang Khandaq (khandaq : parit) karena berkaitan
dengan strategi kaum muslim yang menggali parit pertahanan di dataran
barat laut kota Madinah untuk menghambat gerak maju musuh.
Tahun 628 M
Pada bulan Zulkaidah 6 H
(628 M), kaum muslim dan musyrikin Mekah membuat Perjanjian Hudaibiyah.
Perjanjian ini dibuat berkaitan dengan larangan terhadap rombongan Nabi
SAW memasuki kota Mekah untuk berziarah (haji) oleh kaum Quraisy yang
menyangka akan diserang. Setelah saling mengirim utusan, akhirnya kaum
Quraisy mengutus Suhayl bin Amr untuk menemui Nabi SAW dan membuat
perjanjian damai. Kalimat perjanjian ditulis Ali bin Abi Thalib atas
perintah Nabi SAW
Tahun 630 M
Penaklukan kota Mekah
(Fath Al -Makkah) dan pembersihan berhala-hala di sekeliling Ka'bah.
Kaum Quraisy melanggar Perjanjian Hudaibiyah dan membantu sekutu mereka
menyerang sekutu kaum muslimin. Mengetahui hal itu, Rasulullah SAW
bersama 10.000 orang tentara bertolak ke Mekah. Kecuali mendapat
perlawanan kecil dari kaum Ikrimah dan Safwan, Nabi Muhammad SAW tidak
mengalami kesukaran memasuki kota Mekah. Pasukan Islam memasuki kota
Mekah tanpa kekerasan. Seluruh berhala di sekeliling Ka'bah di Mekah
dihancurkan. Sejak penaklukan itu Mekah berada di bawah kekuasaan Nabi
Muhammad SAW.
Tahun 632 M
Pada 10 H, Nabi Muhammad
SAW menunaikan ibadah haji terakhir (haji wadak) bersama sekitar 100.000
pengikutnya. Dua bulan setelah menunaikan ibadah haji wadak, Nabi SAW
menderita sakit. Pada 13 Rabiulawal 11 H/8 Juni 632 M, Nabi Muhammad SAW
wafat.
Tahun 633-642 M
Setelah kedudukan
Islam di Mekah semakin kuat, Islam mulai membentangkan sayapnya. Dengan
cepat Islam berkembang ke Persia, Suriah, Palestina dan Mesir. Pada 641
kaum muslim Arab menguasai Mesir, lalu menaklukan seluruh Afrika Utara.
Tahun 650 M
Atas usul Umar bin
Khattab, pada masa kekhalifahan Abu Bakar, tulisan Al-Qur'an yang
berserakan muulai dikumpulkan dan disatukan. Abu Bakar menugaskan Zaid
bin Sabit untuk mengumpulkan dan menyusun Al-Qur'an ke dalam satu
mushaf, yang kemudian dikenal sebagai Mushaf Usmani (Usman bin Affan)
Tahun 661 M
Setelah masa Al-Khulafa 'ar-Rasyidun, Mu'awiyah yang berasal dari Bani Umayah mendirikan Dinasti Umayah, di Suriah.
Tahun 711 M
Pasukan muslim Umayah
yang berada di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad berhasil menaklukan
Spanyol Selatan. Ini merupakan awal penaklukan Andalusia.
Tahun 712 M
Islam mulai memasuki Asia Tengah, antara lain Bukhara dan Samarkand
Tahun 750 M
Khalifah terakhir Umayah
Damascus (Suriah), Marwan II (744-750), kalah dalam pertempuran di
Sungai Zab. Peristiwa ini sekaligus menandai berakhirnya Dinasti Umayah
dan berdirinya Dinasti Abbasiyah dengan Abu Abbas as-Saffah sebagai
khalifah pertamanya
Tahun 751 M
Peperangan Atlakh di
Talas (kini masuk dalam wilayah Kirghistan). Pasukan muslim mengalahkan
tentara Cina dan mulai mengenal kertas dari tawanan perang Cina.
Tahun 756 M
Setelah kekuasaan Umayah
di Damascus berakhir (750 M), satu-satunya anggora keluarga Bani Umayah
yang tersisa, Abdurrahman, berhasil meloloskan diri dan menyeberang ke
Spanyol. Di sana ia membangun Dinasti Umayah yang baru dengan pusat
kekuasaan di Cordoba.
Tahun 762 M
Al-Mansur, penguasa
Abbasiyah kedua, memindahkan ibukota Abbasiyah dari Hasyimiyah ke
Baghdad, dan menjadikannya pusat kebudayaan sarta perdagangan dunia
Islam.
Tahun 800 M
Setelah semakin luas hubungan dunia Islam dengan dunia luar, para saudagar muslim mulai berdagang ke negeri Cina.
Tahun 827 M
Awal penaklukan Sicilia oleh pasukan muslim
Tahun 830 M
Baitulhikmah, sebuah
lembaga ilmu pengetahuan dan pusat penerjemahaan karya Yunani ke bahasa
Arab, didirikan di Baghdad oleh Khalifah al-Ma'mum
Tahun 868 M
Dinasti Tulun berdiri di Mesir
Tahun 870 M
Penaklukan Malta oleh pasukan muslim.
Tahun 909 M
Dinasti Fatimiyah yang
beraliran Syiah Ismailiyah berdiri di Afrika Utara dan Mesir. Dinasti
ini melepaskan diri dari Abbasiyah di Baghdad.
Tahun 912-961 M
Di bawah kekuasaan Islam, Cordoba menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan di Eropa
Tahun 970 M
Penguasa Fatimiyah
mendirikan Masjid Al Azhar di Cairo. Pada mulanya, al-Azhar hanya
berfungsi sebagai jami (masjid besar) tetapi kemudian menjadi jami'ah
(universitas). Universitas al-Azhar tercatat sebagai universitas tertua
di dunia.
Tahun 1096-1099 M
Permulaan Perang
Salin I (periode penaklukan). Perang Salib adalah perang keagamaan
antara umat Kristen Eropa dan umat Islam Asia. Perang ini terjadi karena
reaksi umat Kristen terhadap umat Islam yang dianggap menyerang dan
menduduki kota-kota penting serta tempat suci umat Kristen. Selain
melibatkan pasukan dengan jumlah sangat besar dan kedua belah pihak,
Perang Salib juga mengikutsertakan sejumlah pemimpin umat. Pasukan Salib
pertama dapat dikalahkan pasukan Dinasti Seljuk. Penyerangan pasukan
salib berikutnya yang dipimpin Godfrey of Bouillon berhasil menduduki
Yerusalem pada tahun 1099.
Tahun 1144-1192 M
Perang Salib II
(periode reaksi umat Islam). Pasukan muslim yang dipimpin Imanuddin
Zangi, Gubernur Mosul, berhasil merebut Allepo dan Edessa (1144).
Setelah Imanuddin wafat, kepemimpinannya digantikan oleh putranya
Nuruddin Zangi, yang berhasil menguasai Damascus (1147), Antiokia (1149)
dan Mesir (1169)
Tahun 1171-1773 M
Sultan Salahudin
al-Ayyubi (Saladin) mengambil alih kekuasaan atas Mesir. Ini merupakan
kekuasaan Dinasti Ayubiyah dan sekaligus menandai berakhirnya kekuasaan
Dinasti Fatimiyah.
Tahun 1187 M
Sultan Salahudin
al-Ayyubi mengalahkan pasukan Salib dalam Perang Hattin (di sebelah
barat Danau Tiberias, timur laut Yarusalem) dan berhasil merebut
kekuasaan atas kota Yarusalem dan membebaskan Palestina secara
keseluruhan.
Tahun 1189-1192 M
Perang Salib III.
Pasukan Salib di bawah pimpinan Philip II dan Richard I merbut Acre
(Yarusalem). Sultan Salahudin mengadakan gencatan senjata dan perjanjian
damai dengan Richard I.
Tahun 1202-1204 M
Perang Salib IV. Constantinopel dikuasai oleh Baldwin. Ia menjadi raja Roma-Latin pertama di kota tersebut.
Tahun 1206 M
Pasukan Islam merebut
Delhi. Kesultanan Delhi berdiri (1206-1555) sebagai kerajaan Islam
pertama di India Utara, dengan rajanya Qutbuddin Aibak dari Dinasti
Mamluk India
Tahun 1217-1221 M
Perang Salib V. Pasukan muslim merebut kembali kota Damiette di Mesir (1221), setelah sebelumnya dikuasai pasukan Salib.
Tahun 1228-1229 M
Perang Salilb VI. Pasukan Salib di bawah pimpinan Frederik II menduduki kembali Yarusalem
Tahun 1250 M
Dinasti Mamluk Mesir berdiri, dengan Izzuddin Aibak (1250-1257) sebagai sultan pertamanya
Tahun 1258 M
Kehancuran Abbasiyah
disebabkan oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor
internal meliputi antara lain persaingan yang tidak sehat di antaranya
beberapa bangsa yang terhimpun di dalamnya, terutama Arab, Persia dan
Turki; konflik aliran pemikiran Islam yang sering menyebabkan
pertumbahan darah; munculnya dinasti-dinasti kecil yang ingin
memerdekakan diri dari kekuasaan pusat Abbasiyah di Baghdad; dan
kemerosotan di bidang perekonomian sebagai akibat dari kemunduran di
bidang politik. Adapun faktor eksternal adalah Perang Salib yang terjadi
dalam beberapa gelombang serta hadirnya tentara Mongol di bawah Hulagu
Khan yang membumihanguskan kota Baghdad.
Tahun 1270 M
Pasukan Salib di bawah
pimpinan Ludwig merebut Tunis. Banyak tentara Salib menjadi korban
karena diserang penyakit pes, termasuk Ludwig sendiri. Lalu, kota demi
kota dapat kembali direbut dan dikuasai oleh pasukan Islam.
Tahun 1291 M
Perang Salib berakhir
(periode kehancuran pasukan Salib). Dalam Perang Salib periode ini
muncul seorang pahlawan wanita Islam, Syajar ad-Durr. Ia berhasil
mengalahkan pasukan Salib dan menangkap Raja Louis IX, namun membebaskan
raja Perancis tersebut serta mengizinkannya kembali ke negaranya.
Bangsa Turki kembali menguasai Acre (Yerusalem). Kekuatan pasukan Salib
terakhir jatuh ke tangan pasukan Mamluk.
Tahun 1300 M
Dinasti Usmani didirikan di Turki. Dinasti Usmani didirikan oleh Usman, putra Atogrol dari kabilah Oghus di daerah Mongol
Tahun 1420-1437 M
Observatorium Ulugh
Beg didirikan di Samarkand. Observatorium ini merupakan observatorium
terbaik dan termegah dalam dunia Islam dan banyak digunakan para ilmuwan
pada masa itu.
Tahun 1453 M
Pasukan Usmani berhasil
merebut kota Constantinopel dari tangan penguasa Bizantium. Ini
merupakan akhir kekaisaran Bizantium Constantinopel kemudian menjadi
ibukota kerajaan Usmani dan pusat spiritual baru dunia Islam.
Tahun 1492 M
Granada, kerajaan muslim
terakhir di Spanyol, jatuh ke tangan para raja Katolik, Ferdinand dari
Aragon dan Isabella dari Gastille
Tahun 1526 M
Dinasti Mughal berdiri.
Dinasti ini didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur (1482-1530), salah
seorang keturunan Timur Lenk dari kelompok etnik Mongol (keturunan
Jengiz Khan yang telah masuk Islam)
Tahun 1609-1614 M
Setelah kekuasaan Islam di Spanyol hilang, kaum muslim Spanyol (Moriscos) diusir dari Spanyol
Tahun 1746 M
Muhammad bin Abdul
Wahhab memperkenalkan paham Wahabi di Semenanjung Arabia. Paham ini
menegaskan agar kaum muslimin kembali ke sumber ajaran Islam yang murni
seperti yang termuat dalam Al-Qur'an dan sunah Nabi Muhammad SAW
Tahun 1821 M
Terjadi pemberontakan muslim Cina di daerah Sinkiang, Cina
Tahun 1838-1897 M
Jamaluddin al-Afghani mencetuskan paham pan-Islamisme (persatuan negara-negara Islam)
Tahun 1858 M
Dinasti Mughal di India
berakhir. Setelah kedatangan Inggris, Kesultanan Mughal berada di bawah
pengaruh Inggris. Penguasa Mughal berusaha melepaskan diri dari
penjajahan Inggirs, namun mengalami kegagalan. Akhirnya \, raja Mughal
berakhir, Bahadur II (1837-1858), diusir Inggris dari istananya
Tahun 1905 M
Awal gerakan Salafiyah,
yaitu gerakan yang berupaya mengungkapkan kembali doktrin Islam atau
kembali ke kitab suci. Gerakan Salafiyah disebut juga "Gerakan
Reformasi" karena mengadakan pembaruan keagamaan dan reformasi moral.
Tahun 1922 M
Kerajaan Usmani Turki
runtuh. Dalam usaha menjatuhkan kekuasaan Sultan Abdul Hamid II
(1876-1922), kelompok militer membentuk komite rahasia untuk
menggulingkan sultan, seperti Komite Perkumpulan Persatuan dan Kemajuan.
Salah seorang pemimpinnya adalah Mustafa Kemal Ataturk. Setelah
kekuasaan sultan runtuh, Turki menjadi republik (1923) dengan Mustafa
Kemal Ataturk sebagai presiden pertama.
Tahun 1926 M
Al-Mu'tamar al-'Alam
al-Islami (World Islamic Congress) melahirkan organisasi Islam
internasional pertama di Mekah, yaitu Rabitah al-'Alam al-Islami (Liga
Dunia Islam)
Tahun 1941 M
Abu A'la al-Maududi
mendirikan gerakan Jamaah Islam di Lahore, India. Organisasi ini
bertujuan melaksanakan islamisasi di berbagai segi kehidupan sosial dan
ekonomi masyarakat India.
Tahun 1947 M
Ide pembentukan negara
Pakistan, yang bermula dari gagasan Ahmad Khan dan dicetuskan oleh
Muhammad Iqbal, akhirnya diwujudkan oleh Muhammad Ali Jinnah. Setelah
pihak Inggris menyerahkan kedaulatan kepada Pakistan pada tanggal 14
Agustus 197, berdirilah negara Islam Pakistan
Tahun 1955 M
Kongres Pemuda Islam Sedunia (Internasional Asembly of Muslim Youth [IAMY]) berlangsung di Karachi, India
Tahun 1965 M
Malcolm X, seorang tokoh
muslim dan pejuang hak asasi manusia di AS yang pernah memimpin gerakan
Black Muslim, terbunuh. Malcolm X berhasil menarik orang kulit hitam
mengikuti gerakan ini melalui pidato dan tulisannya
Tahun 1967 M
Perang Arab-Israel
("Perang Enam Hari") meletus. Perang ini pecah karena masalah Palestin.
Sejak negara Israel didirikan, bangsa Palestina merasa terjajah dan
terusir dari tanah air mereka. Negara-negara Arab (Timur Tengah) merasa
turut berkepentingan dengan masalah Palestina ini karena Masjidilaksa
terdapat di Yerusalem, Palestina salah satu situs suci kaum muslimin.
Tahun 1969 M
Pembakaran Masjidilaksa
oleh Israel pada 21 Agustus 1969 menggemparkan umat Islam sedunia.
Negara anggota Liga Arab mengadakan pertemuan darurat dan menghasilkan
keputusan untuk mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara Islam
secepatnya. KTT pertama diselenggarakan di Rabat, Maroko, pada 22-25
September 1969. Pada KTT inilah Organisasi Konferensi Islam (OKI)
dibentuk, tepatnya pada 25 September 1969.
Tahun 1979 M
Abdus Salam, ilmuwan muslim pertama meraih hadiah Nobel dalam bidang fisika, berkat temuan teorinya tentang "medan terpadu".
Tahun 1979 M
Revolusi Islam Iran
digerakkan dan dipimpin oleh Ayatullah Khomeini. Revolusi ini merupakan
gerakan sosial melawan monarki yang berlangsung di bawah pemerintah Syah
Mohammad Reza Pahlevi yang berkuasa sejak 1919. Setelah Syah Iran dan
keluarganya meninggalkan Iran, Ayatullah Khomeini mengambil alih
kekuasaan dan mengubah Iran menjadi Republik Islam Iran.
Tahun 1980 M
Dewan Dakwah Islam Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik (Regional Islamic Da'wah Council of Southeast and Pasific) didirikan.
Tahun 1991 M
Uni Soviet bubar. Negara-negara yang berpenduduk mayoritas muslim di Asia Tengah merdeka
Tahun 1991-1992 M
Bosnia-Hercegovina
merdeka dari Yugoslavia. Pada tanggal 7 April 1992, Amerika Serikat dan
Masyarakat Eropa (Uni Eropa) mengakui kemerdekaan Bosnia-Hercegovina.
Tahun 2001 M
Amerika Serikat (USA),
Inggris, dan beberapa negara sekutunya, melakukan serangan militer
terhadap pemerintahan Taliban di Afghanistan. Taliban dituduh melindungi
Usamah bin Ladin (Osama bin Laden), orang yang menurut pihak USA
bertanggung jawab atas kehancuran gedung World Trade Center (WTC) di New
York, USA dan sebagian gedung Pentagon di Washington. Penyerangan itu
memicu kecaman dari berbagai negara di dunia.
Tahun 2003 M
Irak diserang Amerika
Serikat, Inggris, dan beberapa negara sekutunya; karena dicurigai
memproduksi senjata pembunuh massal. Aksi serangan ini mendapatkan
kecaman PBB dan berbagai negara di dunia. Rezim Saddam Husein berakhir
pada 10 April 2003, bersamaan dengan dirobohkannya patung Saddam
Referensi
- Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, Prof. Dr. Abdul Aziz Dahlan, Prof. Dr. Nurcholish Madjid, etc. Ensiklopedi Islam, Penerbit PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2005.
- Prof. Dr. Nurcholish Madjid, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, Dr. Ahmad Qodri Abdillah Azizy, MA, Dr. A. Chaeruddin, SH., etc. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Penerbit PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2008, Editor : Prof. Dr. Taufik Abdullah, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, MA.
- Sami bin Abdullah bin Ahmad al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Mendalami Nilai-nilai Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah, Obeikan Riyadh, Almahira Jakarta, 2008.
- Dr. Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Quran, Membuktikan Kebenaran Fakta Sejarah yang Disampaikan Al-Qur'an secara Akurat disertai Peta dan Foto, Dar al-Fikr Damaskus, Almahira Jakarta, 2008.
- Tim DISBINTALAD (Drs. A. Nazri Adlany, Drs. Hanafi Tamam, Drs. A. Faruq Nasution), Al-Quran Terjemah Indonesia, Penerbit PT. Sari Agung, Jakarta, 2004
- Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran, Syaamil Al-Quran Terjemah Per-Kata, Syaamil International, 2007.
- alquran.bahagia.us, al-quran.bahagia.us, dunia-islam.com, Al-Quran web, PT. Gilland Ganesha, 2008.
- Muhammad Fu'ad Abdul Baqi, Mutiara Hadist Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, 1979.
- Al-Hafizh Zaki Al-Din 'Abd Al-'Azhum Al Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Al-Maktab Al-Islami, Beirut, dan PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2008.
- M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 2008.
- Al-Bayan, Shahih Bukhari Muslim, Jabal, Bandung, 2008.
- Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 1999.
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)